Sinopsis Goddess of Fire, Jung Yi Ep 11 Part 1 - Dramaku.com. Akhirnya aku punya waktu untuk menulisnya. Awalnya sih cuma mau meng LINK aja dari blog nya mbak Elok, tapi karena mbak Elok juga dh lama gak nulis sinopsis Jung Yi, jadi mulai sekarang aku akan berusaha meneruskannya lagi, walaupun nantinya sinopsis ini akan menjadi tiga bagian, miane... semoga bisa bermanfaat buat semuanya.
Sinopsis Goddess of Fire, Jung Yi Ep 11 Part 1
P Gwang Hee menunjukkan cangkir buatan Yook Do yang sudah di bakar bersama Tae Pyung di hadapan utusan Ming dan Raja. Melihat hasilnya Raja tentu saja langsung memuji kalau warna dan bentuk cangkir itu sama. Namun dengan gayanya songong utusan Ming mengatakan kalau bentuk dan warna memang boleh sama, tapi keputusan cangkir itu sama atau tidak yaitu dengan cara mencicipi teh yang ada di dalam cangkir tersebut.
Kedua cangkir itu dituangi teh. Semua orang sudah merasakan ketegangan menunggu apa cangkir yang di buat Yook Do berhasil menyamai cangkir milik utusan Ming. Setelah menunggu beberapa saat, Utusan Ming meminum teh dari cangkir cangkir tersebut.
Karena salah satu dari teh dalam cangkir itu sudah dingin, utusan Ming menuduh Raja menipunya. Dia menuduh Raja sudah menyudutkan posisinya. Raja pun murka dan menyalahkan P Gwang Hee yang sudah memberikan cangkir yang tak sama dengan cangkir milik utusan Ming. Raja pun menyuruh P Gwang Hee menyingkirkan cangkir tersebut dari hadapannya.
P Gwang Hee mengambil cangkir tersebut dan langsung berlutut meminta pengampunan.
“Yang Mulia, apa yang harus hamba lakukan? Maafkan anakmu yang lancang ini. Cangkir ini... cangkir ini bukan buatan Bun Won. Melainkan cangkir dinasti Ming.”
Semua orang terperanjat dengan pernyataan P Gwang Hee.
“Anakmu yang bodoh ini tak menyadari cangkirnya tertukar. Maafkan hamba.”
Bukan hanya raja dan yang lain, utusan Ming tak kalah terkejutnya. Untuk memastikan apa yang P Gwang Hee katakan itu benar, Raja memeriksa cangkir yang masih ada di hadapannya. Di bawah cangkir itu benar-benar tertulis bukti kalau itu adalah cangkir buatan dari Bun Won. Utusan Ming juga melihatnya.
Raja menyadari kalau utusan Ming pasti merasa malu, jadi dia langsung menyalahkan keteledoran P Gwang Hee atas semua yang terjadi. Raja juga memerintak pengawal untuk membawa P Gwang Hee pergi.
Pada Utusan Ming, Raja meminta dia memaklumi dan pengertiannya atas kesalahan P Gwang Hee, Raja beralasan kalau semua itu pasti karena P Gwang Hee terlalu gugup. Terlihat jelas wajah malunya utusan Ming, sangking malunya dia terlihat sangat marah dan kesal. Raja menyadari kemarahan utusan Ming, jadi dia menahan rasa senangnya dan rasa kemenangannya atas semua itu.
Di depan gerbang istana, Jung Yi menunggu kabar dengan was-was.
Raja kemudian mengajak Ratu, P Gwang Hee dan P Imhae makan dan minum bersamanya. Kali ini Raja tak bisa menahan rasa senangnya, dia tertawa terbahak-bahak. Dia juga memuji apa yang sudah dilakukan P Gwang Hee pada Ratu, jelas saja Ratu hanya tersenyum seadanya, karena apa yang terjadi di luar keinginannya.
Bukan hanya Ratu yang merasa tidak senang mendengar P Gwang Hee mendapat pujian dari Raja, P Imhe pun merasa tidak senang dan tidak nyaman mendengarnya.
Jung Yi bersiap-siap pergi, dia akan melakukan perjalanan dengan Tae Do, namun Kakek Moon mencegahnya, kakek terus berusaha kalau Jung Yi tidak boleh pergi dengan seorang laki-laki. Jung Yi tentu saja memberitahu kakek untuk tidak perlu khawatir karena dia akan pergi dengan Tae Do, orang yang sudah dia anggap seperti kakak sendiri.
Selain kakek Moon, Hwa ryung juga merupakan orang yang tak rela jika harus membiarkan Jung Yi pergi bersama Tae Do. Karena itu dia mengatakan pada Jung Yi kalau apa yang sudah Jung Yi dan Yook Do lakukan telah berhasil, jadi kenapa tidak Jung Yi menjadikan itu alasan agar dia bisa kembali ke Bun Won.
Jung Yi menjawab kalau dia melakukan itu bukan untuk dirinya, dia membantu membuat cangkir itu hanya untuk Yook Do dan P Gwang Hee. Jadi untuk kembali ke Bun Won, dia akan mencari caranya sendiri.
Ternyata Jung Yi pergi bersama Tae Do untuk mencari tanah putih, Jung Yi terus membujuk Kakek Moon agar mau mengizinkannya pergi. Kakek tidak bisa begitu saja melepas Jung Yi pergi dengan tae Do, dia bahkan menarik Jung Yi agar sedikit menjauh dari Tae Do dan Hwa Ryung. Ternyata kakek Moon memberikan Jung Yi nasehat.
Hahhaa... lucu ah kakek Moon. Jung Yi kemudian mengatakan pada kakek kalau Tae Do bukanlah orang yang seperti itu. Akhirnya lagi-lagi kakek Moon harus melepaskan kepergian Jung Yi dengan berat hati.
Dalam perjalanan, Jung Yi meminta maaf atas nama kakek Moon yang sudah erlalu berlebihan terhadap Tae Do. Jung Yi sendiri tak mengerti kenapa kakek Moon bisa beranggapan seperti itu, karena dari kecil Jung Yi sudah menganggap Tae Do seperti kakaknya sendiri.
Tae Do pun menjawab kalau apa yang di katakan kakek Moon tidak lah salah. Mendengar itu, Jung Yi langsung mengira kalau Tae Do marah dan langsung meminta maaf lagi atas nama kakek Moon. Tae Do yang memang tidak merasa marah sama sekali tersenyum melihat tingkah Jung Yi yang polos. Tae Do berkata kalau dia mana bisa marahpada kakek, karena apa yang di lakukan kakek semuanya adalah untuk kebaikan Jung Yi.
Beralih pada P Gwang Hee yang memanggil Kang chun dan Yook Dok keruangannya. Dia berterima kasih atas kerja keras yang sudah di lakukan mereka berdua. Tak mau menutup-nutupi, Yook Do pun mengatakan kalau semua itu berkat bantuan Tae Pyung yang membantunya membuat tungku Ming. Mendengar nama Tae Pyung, tentu saja Kang Chun terkejut, karena seharusnya Tae Pyung berada di dalam tahanan. Dia bertanya-tanya, siapakah yang berani melepaskannya.
Tak ingin Kang Chun menyelidiki lebih lanjut, P Gwang Hee langsung mengatakan kalau dia lah yang membebaskan Tae pyung. Selain itu, P Gwang Hee juga ingin Kang Chun mempertimbangkan jasa yang sudah tae Pyung lakukan, dan kemudian memaafkannya.
Mendapat perintah untuk memasukkan kembali Tae Pyung dari P Gwang Hee dan permintaan dari anaknya sendiri untuk memaafkan Tae Pyung, Kang Chun terdiam sesaat dan akhirnya dia berkata, “Hamba akan mematuhi keinginan Yang Mulia.”
P Gwang Hee langsung pergi ke tempat Ketua Son untuk mencari tae Pyung, namun sayang dia hanya bertemu dengan Hwa Ryung yang mengatakan kalau tae Pyung sudah pergi. P Gwang Hee kesal karena tae Pyung pergi tanpa menunggu hasilnya terlebih dulu, Hwa Ryung langsung meralatnya, dia mengatakan kalau tae Pyung sudah tahu hasilnya, namun tae Pyung beranggapan alasan itu belum cukup untuk membuatnya kembali ke Bun Won.
P Gwang Hee lalu bertanya apakah Tae Pyung pergi bersama kakaknya. Mendengar P Gwang Hee menyebut Tae Do adalah kakak Tae Pyung, Hwa Ryung bertanya Apa Anda berpikir dia benar-benar kakaknya Yang Mulia?”
P Gwang Hee mengeryitkan dahinya tak mengerti. Hwa Ryung menambahkan, “tae Pyung tidak mempunya kakak kandung. Mereka berdua hanya.....”
Belum selesai Hwa Ryung menyelesaikan kata-katanya, P Gwang Hee langsung memotong dan bertanya apa mereka bukan saudara kandung?
Setelah mendapat informasi kalau Tae Pyung dan Tae Do bukan saudara kandung, P Gwang Hee terus kepikiran. Di ruangannya, P Gwang Hee teringat kembali saat Tae Do memperingatkannya untuk tidak membuat rumor dengan Tae Pyung. P Gwang Hee bertanya-tanya kenapa mereka begitu dekat, padahal mereka bukan saudara kandung?
Tepat di saat itu, P Imhae tiba-tiba masuk dan bertanya apa yang sedang P Gwang Hee lakukan di ruangannya, kenapa P Gwang Hee tidak merayakan keberhasilannya dengan Tae Pyung. P Gwang Hee benar-benar tak mengerti dengan sikap kakaknya itu.
P Imhae yang masih belum tahu kalau Tae Pyung itu perempuan lalu bertanya, “mungkinkah pria itu menyukai pria lain?”
P Gwang Hee hanya diam saja tak menjawab.
“Gwang Hee, yang menanglah yang menadapatkan semua. Cepat, kejar dia cepat!” ucapnya sambil menarik tangan P Gwang Hee.
P Gwang Hee langsung menepis tangan kakaknya. Namun P Imhae tak menyerah untuk menjerumuskan adiknya ke cinta terlarang antara pria tersebut. Dia menebak P Gwang Hee sedang merasakan patah hati. P Gwang Hee hanya menghela nafas mendengarnya.
P Imhae mengungkapkan keprihatinannya atas kisah cinta P Gwang Hee yang berakhir seperti itu. Tak mau mendengar ocehan kakaknya lagi, P Gwang Hee pun pergi meninggalkannya.
Ratu In Bin dan penasehat Yi menemui utusan Ming dan membawa sepeti suap. Kang Chun juga ikut bersamanya. Utusan Ming mengungkapkan kekesalannya dan kemarahannnya atas apa yang P Gwang Hee lakukan terhadapnya. Kesempatan itu langsung di manfaatkan oleh Ratu In Bin untuk mengompor-ngompori utusan Ming agar lebih membenci P Gwang Hee.
Melihat barang suap itu yang di katakan Penasehat Yi sebagai penghiburnya, Utusan Ming malah tambah terlihat marah, dia berteriak, “Apa benda-benda sampah seperti itu bisa menghiburku?”
Utusan Ming menganggap Ratu terlalu merendahkan dirinya. Kembali membahas tentang P Gwang Hee, Utusan Ming mengungkapkan kalau dia berjanji akan perlahan-lahan membuat hidup P Gwang Hee sengsara . Utusan Ming berencana akan membawa pengrajin yang berhasil membuat cangkir tersebut ke China namun sebelum sampai ke China dia sendiri yang akan memenggal kepala pengrajin itu.
Tentu saja Kang Chun yang berada di ruangan itu langsung terlihat gusar, karena pengrajin yang di maksud utusan Ming adalah anaknya, yaitu Yook DO.
Di lain ruangan, Kang Chun meminta penashat Yi untuk menyampaikan pada ratu, agar ratu mau membantunya, karena Kang Chun tak akan mungkin bisa membiarkan anaknya di bunuh begitu saja. Walaupun Kang Chun menyinggung tentang kesetiaannya selama ini, penasehat Yi hanya menjawab kalau mereka tidak bisa melakukan apa-apa karena utusan Ming yang menentukan semuanya. Bahkan Ratu pun tak bisa berbuat apa-apa.
“Jika seperti itu, kita harus menemukan kambing hitam. Menggantikan anakku berdiri di depan utusan Ming.” Ucap Kang Chun akhirnya.
Kang Chun masuk ke ruang kerja Yook Do, dan dia melihat anaknya yang tertidur pulas dengan tangan penuh dengan tanah liat. Kang Chun teringat kembali kalau Yook Do punya adik, namun karena dia hanya menginginkan Yook Do, dia pun tak perduli pada adiknya dan membunuh adiknya meski masih berada di dalam kandungan. (Andai dia tau kalau Jung Yi adalah anaknya... euuummm....)
Dalam hati Kang Chun berkata, “Yook Do, aku sudah melakukan banyak hal demi melindungimu. Kali ini akan ku lakukan juga. Selama bisa melindungimu, apa saja akan ku lakukan.
Di hadapan raja dan semuanya, utusan Ming menyampaikan kalau dia ingin memberikan penghargaan khusus bagi pengrajin yang berhasil membuat cangkir itu. Mendengar itu Raja sangat senang mendengarnya.
Utusan Ming mengatakan kalau semua itu adalah perintah Khaisar China, “Jingdezhen, daerah yang paling terkenal tembikarnya di China. Khaisar bertitah untuk membawa pengrajin berbakat itu ke Ming dan melatihnya bersama para pengrajin Gyungdukjin.”
Raja tertawa senang, dia kemudian berkata pada Kang Chun kalau semua ini akan menjadi pengharagaan untuk Bun Won. Kang Chun pun membenarkan, dia juga menambahkan kalau pemberian penghargaan kepada Gong Cho Geum baru kali ini terjadi. Mendengar itu tentu saja Raja terkejut, karena setunya Yook Do lah yang bertanggung jawab atas semua itu.
Raja kemudian bertanya pada P Gwang Hee untuk memastikan apa yang Kang Chun katakan itu benar. P Gwang Hee membenarkan kalau Tae Pyung adalah orang yang membantu Yook Do memanggang cangkir dan juga membantu membangun tungku Ming. Mendengar itu Raja menambah volume tertawanya, dia begitu sangat senang.
Gook Bi sedang melakukan pekerjaan membuat glasir, tepat disaat Jong Soo bersama temannya berjalan melewatinya sambil membicarakan keberhasilan Tae Pyung mendapatkan penghargaan. Gook Bi tak bisa percaya saat tau kalau Kang Chun lah yang merekomendasikannya. Dengan marah Gook Bi langsung pergi.
Melihat kemarahan Gook Bi, Jong Soo dan temannya tak heran, karena Gook Bi pasti merasa tak adil. Selama menjadi pegawai di Bun Won, dia hanya bisa menjadi pembuat galsir, sedangkan Tae Pyung, yang sudah jelas-jelas terbukti melakukan penipuan, sekarang malah mendapatkan penghargaan.
Jong Soo lalu nyeletuk, kalau Gook Bi sudah sangat beruntung, karena dia tidak mati. Mendengar itu teman Jong Soo bertanya bingung. Jong Soo kemudian menceritakan tentang Yeon Ok, pengrajin wanita yang mati di dalam tungku.
“waku itu banya rumor tersebar, rumor kalau anak yang di kandung Yeon Ok adalah anak Kang Chun dan juga rumor jika wanita melampaui batas untuk menjadi pengrajin tembikar, itulah sebabnya dia di bunuh?”
Mendengar ucapan Jong Soo, temannya itu langsung melihat sekeliling. Dia memarahi Jong Soo karena mengatakan yang tidak-tidak. “aku akan berpura-pura tidak dengar.. aku tidak dengar.” Ucapnya sambil menutup telinganya dan pergi.
0 komentar:
Post a Comment
Tolong berkomentar sesuai topik pembicaraan, dilarang spam dan jangan menaruh link aktif. Terima kasih :)