Sinopsis Goddes of Fire, Jung Yi episode 6 akhirnya selesai juga. Maaf sebelumnya kalau belum bisa memberikan gambar langsung. besok atau lusa baru bisa memberi gambarnya, hehehhe... miane... di akhir sinopsis bagian 1 kemarin Jung Yi menemukan pengumuman kompetisi untuk menjadi pengrajin tembikar di Bun Won, melihat pengumuman itu, Jung Yi teringat lagi pada janjinya yang ingin menjadi pengrajin tembikar nomor satu di Joseon, apa yang akan terjadi pada Jung Yi? apa Sa Seung, kakek guru yang sudah mengajari dia selama ini akan mengizinkannya? Yuk kita simak sinopsis yang sudah berhasil saya buat.
Sinopsis Goddess of Fire, Jung Yi Ep 6 ( bagian 2 )
Jung Yi pulang dan Sa Seung sudah berada di depan rumah,dia sengaja menunggu kedatangan Jung Yi. Sa Seung menyambut Jung Yi dengan raut kesal. Walaupun diluarnya kasar sebenarnya Sa Seung khawatir pada Jung Yi, apalagi Jung Yi mengatakan kalau uang hasil penjualan tembikar sudah di curi.
Jung Yi pun menunjukkan obat2an yang sudah dia beli sebelumnya, dia mengatakan kalau yang harus dia lakukan sekarang adalah menyiapkan obat2an itu untuk Sa Seung, setelah itu mereka baru bicara lagi. Jung Yi bergegas lari untuk memasak obat2an itu, dia meninggalkan tas nya tepat disamping Sa Seung.
Sa Seung melihat ke arah tas Jung Yi, dan melihat ada gulungan kertas di dalamnya. Dia membuka gulungan kertas itu yang ternyata isinya adalah pengumuman kerajaan tentang kempetisi pengrajin keramik yang diadakan oleh istana. Sa Seung menghela nafas mengetahui semua itu.
P Gwang Hee menyerahkan semua daftar nama pengrajin dan jadwal kerja mereka pada P Sin Song. Selain itu P Gwang Hee juga memberitahu agar P Sin Song untuk menata ulang semua peralatan, bahan glasir dan lain-lain. Karena P Gwang Hee memanggil P Sin Song dengan sebutan “Anda”, p Sin Song pun merasa tak nyaman, jadi dia meminta kakaknya itu untuk memanggil dia seperti biasanya saja.
“bukankah kita sedang di Bun Won. Sebagai wakil pengawas kepada atasannya tentu harus seperti itu. Anda akan segera terbiasa.”
“kalau begitu saat kita berdua, perlakukan aku seperti biasa.”
P Gwang Hee menyetujuinya, namun di depan orang2 dia akan tetap menghormati P Sin Song sebagai atasanya. Hmmmmm.... P Sin Song beda banget sama ibunya yang gila kedudukan.
P Sin Song mengungkapkan ketakutannya, takut karena kurang cakap akan dibenci ayahnya, dan mengecewakan ibunya juga. Selain itu dia juga takut membuat kakaknya itu tidak nyaman. P Gwang Hee memberitahu P Sin Song kalau yang harus dia takutkan adalah orang2 Bun Won, “mereka semua menginginkan sesuatu. Sebagai pejabat tertinggi itulah yang harus kau perhatikan.”
P Sin Song mengerti, P Gwang hee menambahkan, “sebagai wakilmu dan kakakmu... aku akan membantumu, lakukan yang terbaik.
Para pengrajin tembikat Bun Won sudah berkumpul untuk melihat ketua pengawas baru mereka. P Gwang Hee pun memperkenalkan P Sin Song sebagai ketua pengawas baru di Bun Won.
Lagi2 Jong Soo menggosip kepada teman-temannya. Dia mengatakan pada temannya kalau saat ini adalah masa keemasan Lee Kang Chun. Temannya menambahkan kalau suatu saat nanti Kang Chun juga akan turun dari kedudukannya, mendengar itu Jong Soo langsung membantahnya, “turun apanya? Turunnya Lee Kang Chun, berarti juga anaknya Lee Yook Do yang naik. Apa bedanya?”
Temannya itu membenarkan pendapat Jong Soo. Jong Soo mengungkapkan kalau dia sangat terkesan pada Kang Chun, tapi dia sudah membuat keputusan, mulai sekarang tidak peduli apa kata orang, aku tetap mendukung Lee Yook Do.
Yups! Karena sifat Yook Do berbeda dengan ayahnya, jadi Jong Soo yang sudah kehilangan Eul Dam jadi beralih pada Yook Do.
Jong Soo masuk tepat disaat Yook Do sedang memperhatikan lukisan pada tembikar. Saat ditanya apa yang sedang Yook Do lakukan, dia menjawab kalau departemen seni sudah mengirim gambar tapi orang2 masih meraasa tidak puas dengan gambar tersebut. Jung Soo melihat satu tembikar, dia berkomentar kalau lukisan pada tembikar itu terlalu banyak dan tidak terarah sehingga membuat orang menjadi bingung. Yook Do pun meminta Jong Soo mencarikan galsir biru yang biasa digunakan oleh tempat penyimpanan warna Bun Won.
“belakangan ini departemen seni agak keras, ini tidak akan mudah. Tidak.... aku akan pergi mencari, apa yang diinginkan Lee Byung So (jabatan Yook Do) tentu saja harus ketemu.” Jong Soo langsung pergi untuk mencarinya.
Kang chun memperhatikan semua keramik lukis yang di pasok Ketua Son untuk kerajaan. Hampir semua keramik, lukisannya terlihat buram dan kualitasnnya sangat buruk. Kang Chun marah dan tidak ingin mendengar penjelasan dari Ketua Son lagi.
Ketua Son meminta kesempatan kedua untuk mempebaikinya, namun Kang chun tidak mau, dia mengatakan kalau semua itu sudah terlambat, “aku tak akan berdagang dengan kau lagi.”
Mendapat pernyataan itu benar2 membuat Ketua Son dan hwa Ryung shock. Ketua Son marah pada Hwa ryung karena tidak memberitahu padanya masalah tentang pewarna itu dari awal, Hwa Ryung langsung minta maaf dan siap dihukum.
“masalahnya bukan kau siap dihukum atau tidak, jika kau tak bisa segera merubah hati Lee Ran Chong ( Kang Chun) maka kelompok pedagang kita mungkin akan berhenti disini.” Ucap Ketua Son dengan kesal.
Kang Chun sedang minum bersama Penasehat Yi. Kang Chun berterima kasih atas bantuan Penasehat Yi yang sudah menurunkan P Gwang Hee dari jabatan Pengawas Umum. Penasehat Yi mengatakan kalau Ketua Son Haeng So sudah banyak membantu, jadi dia meminta Kang Chun untuk lebih memperhatikannya. Kang Chun pun menjawab kalau dia akan mengganti kelompok pedagang untuk diajak kerja sama, itu semua karena pengiriman pewarna oleh Ketua Son sedikit bermasalah.
“meskipun seorang wanita, Ketua Son pasti bukan orang yang jujur. Mungkin kita bisa bekerja dengannya lagi. Walau begitu.... dia harus ditundukkan. Aku akan memperhatikan prosesnya. Tuan pura2lah tidak tahu.”
Jadi kang Chun sengaja melakukan itu semua, agar Ketua Son merasa tergantung padanya.
Beralih pada Ketua Son dan Hwa Ryung lagi, dimana Hwa Ryung mengatakan kalau besok dia akan pergi ke Bun Won untuk meminta maaf pada Kang chun. Ketua Son mengatakan kalau itu tidak ada gunannya, yang harus mereka lakukan sekarang adalah mencari kelemahan Kang Chun, dan kelemahan Kang Chun adalah Yook Do. Ketua Son menyuruh Hwa Ryung menggoyahkan Yook Do.
“aku tahu hatimu untuk siapa....”
“ketua...”
“kau akan menjadi penerusku selanjutnya atau menghabiskan hidup sebagai istri orang? Ini waktunya menentukan pilihanmu.”
Hwa Ryung galau, dia bingung apa yang harus dia lakukan. Tetap menunggu hati Tae Do atau berpura2 jatuh cinta pada Yook Do.
Beralih pada Jung Yi yang membuang semua arak milik Sa Seung dan mengisi tempat arak itu dengan obat2an yang sudah dia beli. Jung Yi melakukan itu semua karena Sa Seung tak mau minum obat, jadi dia mengakalinya dengan cara seperti itu. Agar tidak lupa, Jung Yi sudah menulis semua nama2 obat yang harus Sa Sung minum.
Selain mempersiapkan obat2an Sa Seung, Jung Yi juga sudah mempersiapkan pakaian musim dingin dan musin panasnya. Melihat apa yang sudah dipersiapkan oleh Jung Yi, Sa Sung tahu kalau Jung Yi akan meninggalkannya.
“kau tak boleh pergi,” larang Sa Seung sebelum Jung Yi minta izin.
“jika aku ingin menjadi pengrajin tembikar nomor satu. Aku harus menjadi pengrajin di Bun Won.”
“sampai sekarang.... kau masih keras kepala. Dibandingkan tembikar yang dibuat Bun Won... orang2 lebih menggunakan perabot kasar daripada tembikar cantik. Itulah yang kuajarkan. Meskipun menjadi pengrajin tembikar, apa bedanya?”
Jung Yi tak bisa berkata apa2 lagi untuk membantak Sa Seung, dalam hati Jung Yi berkata, “kupikir jika aku bisa menjadi pengrajin tembikar nomor satu di Joseon.. mungkin aku bisa mengetahui penyebab kematian ayah, guru. Aku bisa menemukan jawaban kenapa ayahku yang tidak bersalah dikenal sebagai pengkhianat. Guru.....”
Karena Jung Yi hanya diam saja, Sa Seung memintanya untuk menjawabnya.
“aku ini bodoh, apa yang bisa kulakukan? Sebenarnya jika tinggal disini, hanya bisa membuat tembikar untuk orang tua. Aku juga ingin mencapai posisi teratas dengan membuat tembikar. Mohon persejutuanmu guru.”
Sa Seung tetap tak memberikan izin, dia malah menyuruh Jung Yi pergi tidur. Jung Yi tak bisa menahan air matanya lagi, dia pergi dengan menangis.
Setelah Jung Yi pergi, Sa Seung mengungkapkan kalau Jung Yi sudah tumbuh dewasa, tapi bagaimana bisa dia membiarkan Jung Yi pergi. Sepertinya Sa Seung takut terjadi apa2 padaJung Yi.
Bukan Jung Yi namanya kalau gak keras kepala, walau tak mendapat izin dari Sa Seung, Jung Yi tetap mengemasi pakaian2nya. Dia membawa pakaian laki2nya dan membawa sepatu jerami milik Tae Do.
Melihat sepatu itu, Jung Yi teringat pada Tae Do. Jung Yi kemudian mencoba sepatu itu yang dulu kebesaran untuknya, dan sekarang sepatu itu sudah pas dikakinya.
Di sisi sungai, beberapa penyelundup datang, mereka sedang melakukan penyelundupan tembikar putih. Tanpa sepengetahuan mereka tae Do memantau mereka. Saat mereka menaikkan peti berisi tembikar itu ke dalam perahu, Tae Do langsung keluar dan melumpuhkan para penyelundup itu.
Dalam proses melumpuhkan para penyelundup itu, Tae Do sengaja mengayunkan pedangnya ke bagian bahu mereka untuk menyayat baju mereka dan memeriksa apa diantara penyelundup tersebut adalah orang yang membunuh Eul Dam. Pasalnya, saat bertarung dengan orang yang membunuh Eul Dam, Tae Do berhasil menyaayat bagian bahu si pembunuh. Jadi tujuan sebenarnya Tae Do menjadi penangkap penyelundup adalah untuk mencari pembunuh Eul Dam. Setelah dia berhasil melumpuhkan semuanya, tidak ada satupun dari penyelundup yang mempunyai bekas luka sayatan di bahu mereka.
Jung Yi benar2 akan pergi, sebelum pergi Sa Seung memberi nama baru pada Jung Yi, karena nama Jung Yi bukanlah nama laki2. Sa Seung mengganti namanya menjadi Yu Tae Pyong.
“Nama Tae Pyong berarti damai, jangan terburu-buru, itulah kedamaian.”
Mendapat nama baru dari Sa Seung membuat Jung Yi terharu. Dengan menahan air matanya, Jung Yi berpesan pada Sa Seung selama dia tak ada Sa Seung harus menjaga makannya, makan tepat waktu. Tak bisa dipungkiri Sa Seung berat melepaskan Jung Yi.
“Guru... kau menangis?”
“Tentu saja, setelah sekian lama, akhirnya aku bebas. Bagaimana tak tersentuh? Cepat pergi.” Sa Sung masih gengsi untuk mengakui kalau dia sayang pada Jung Yi. Untuk menutupi rasa itu, Sa Seung langsung mengambil sapu dan menyapu halaman.
Jung Yi tak bisa berkata apa2, walau berat meninggalkan Sa Seung, tapi dia harus menjadi seorang pengrajin tembikar seperti janjinya pada ayahnya. Setelah memberi hormat pada Sa Seung, Jung Yi pergi dengan menangis.
Sa Seung yang tadinya tak mau melihat wajah Jung Yi, setelah Jung Yi berbalik badan, dia mengangkat wajahnya dan melihat kepergian Jung Yi. Sa Seung tersenyum.
Jung Yi mendatangi makam Eul Dam, sebelum berangkat ke Bun Won, Jung Yi ingin memberi salam terlebih dulu pada ayahnya karena dia sangat merindukan ayahnya. Jung Yi membawakan bunga yang sama seperti bunga yang pernah dia bawa juga saat mendatangi makam ayahnya itu bersama Tae Do.
Setelah memberi penghormatan kepada ayahnya diapun berkata, “ayah... jika aku berpakaian seperti ini... ayah juga akan berkata, aigoo...... putriku Jeong datang. Akan berkata seperti itu kan? Benar kan? Tapi mulai hari ini aku bukan Jeong lagi... tapi Tae Pyong. Yu Tae Pyeong. Aku tidak akan datang kesini sebelum aku menjadi pengrajin tembikar. Tapi aku sangat..... sangat.... sangat merindukan ayah.” Jung Yi menahan tangisnya. “Aku tak menangis. Aku hanya melihat ayah. Ayah.... putrimu Jeong, pasti akan menjadi pengrajin tembikar. Kau tak perlu khawatir berbahagialah bersama ibu disana. Mengerti?”
Jung Yi beranjak dari duduknya dan menambahkan kalau dia akan pergi ke Bun Won. Dia yakin walaupun dia tak bisa datang mengunjungi ayahnya terus, pasti Tae Do akan menggantikannya untuk datang terus ke makam ayahnya.
Jung Yi sedang menikmati makanannya, tanpa dia sadari kalau orang yang duduk di meja depannya adalah para perampok yangsebelumnya pernah menyerang dia dan P Gwang Hee. Melihat sekarang Jung Yi hanya sendiri, mereka tidak akan membiarkan Jung Yi lolos.
Jung Yi tidak tahu jalan ke Bun Won, jadi dia bertanya pada bibi pemilik kedai, bibi pemilik kedai itu menjawab kalau orang2 yang ada di depan Jung Yi juga akan ke Bun Won, jadi Jung Yi tinggal mengikuti mereka saja.
Para parampok itu sengaja membuat sekenario agar Jung Yi mengikuti mereka ke tempat sepi, sesampainya di tempat sepi mereka langsung mengepung Jung Yi. Untuk melindungi diri, Jung menggunakan tasnya, namun sayang tasnya diambil oleh mereka dan mereka pun mempermainkannya. Mereka melempar tas Jung Yi kesana kemari. Setelah mereka lelah bermain, mereka membawa tas Jung Yi pergi.
Tae Do datang dan melihat itu semua namun sayang dia tidak menolong Jung Yi, euuuuuum..... ya mungkin karena dia merasa Jung Yi yang sekarang sedang menjadi pria bukanlah orang yang baik.
Para perampok itu menggeledah tas Jung Yi dan disana mereka tidak menemukan apa2. Mereka sempat senang saat melihat sebuah bungkusan yang di bungkus dengan kain bagus. Mereka mengira itu adalah barang berharga, betapa kecewanya mereka saat melihat ternyata yang didalamnya adalah sepasang sepatu jerami.
Ketua perampok itu melempar sepatu itu, dan temen2 tahu siapa yang menangkapnya? Yang menangkap lemparan sepatu jerami itu adalah Tae Do.
Melihat Tae Do ada di belakang mereka, ketua perampok itu mencoba mencari gara2 pada tae Do, belum sempat dia mendekati Tae Do, dia sudah ditendang dan jatuh menjatuhi anak buahnya. Tak ingin terluka mereka pun memilih pergi.
Tae Do bertanya-tanya, “siapa kau, siapa sebenarnya kau? Kenapa benda ini ada padamu?”
Tae Do kemdian mengambil tas Jung Yi dan mencari keberadaan Jung Yi.
Seperti yang diperintakan oleh Ketuan Son, Hwa Ryeong melaksanakan aksinya. Ia pergi menemui Yook Do, di tempat yang sangat disukai oleh Yook Do. Dengan sangat mudah Hwa Ryeong membuat Yook Do jatuh hati padanya. Wajah cantik, dan suara lembut yang dimiliki oleh Hwa Ryeong benar-benar membuat Yook Do terpana dan terpesona.
Hwa Ryeong memberikan glasir biru pada Yook Do. Dia juga menambahkan kalau dia harus melalui pedagang di Ming Barat baru bisa mendapat benda berharga itu, “bahkan utusan Mung juga tidak memiliki pewarna seperti itu.”
Yook Do bertanya kenapa Hwa Ryung memberikan glasir itu padanya. Hwa Ryung dengan lembut menjawab, “yang mengetahui nilai dan kegunaan benda berharga ini di Joseon, siapa lagi? gunakan ini dengan baik. sehingga sayabisa menikmati nilai benda ini dari hasil karya Anda.”
Hwa Ryung pulang dan langsung menemui Ketua Son yang sudah menunggunya dengan cemas. Ketua Son puas dengan hasil kerja Hwa Ryung, dengan keyakinan yang tinggi Ketua Son yakin kalau hari ini atau besok Yook Do pasti akan mencarinya. Hwa Ryung menambahkan kalau sebelumnya Yook Do pasti akan mencaritahu terlebih dulu siapa dirinya.
Di tempatnya, Yook Do melamun terbayang pada Hwa Ryung, sampai2 dia tak mendengar Jong Soo sedang berbicara. Hahhahah.... andai Yook Do tau kalau orang yang ada didepannya itu adalah ayah dari hwa Ryung.
Jung Yi berjalan tak tentu arah, akhirnya dia hanya bisa duduk di pinggir jalan menatap langit. Disisi lain, Tae Do terus menerus mencari keberadaan Jung Yi, sampai larut malam. Ia pergi ke penampungan gelandangan namun dia tak menemukan Jung Yi disana.
Tae Do melihat lagi sepatu jerami miliknya. Disisi lain, Jung Yi berkata, “Di dalam tas.... ada sepatu jerami kak Tae Do. Jika aku bertemu dengan kakak... aku akan menunjukkan kalau sepatu jerami nya sudah pas di kakiku. Jauh dari matahari, jauh dari angin, aku menyimpannya. Hanya saat aku merindukan kakak, aku baru mengeluarkannya. Maaf kakak.... maaf.....”
Jung Yi menangis, dia menundukkan wajahnya, tiba2 seseorang datang mendekatinya, siapa itu? orang itu adalah Tae Do. Merasa ada yang datang, Jung Yi mendongakkan wajahnya. Jung Yi terkejut melihat Tae Do.
“Maafkan aku…” Jung Yi menangis, membenamkan wajahnya. Tanpa mengetahui bahwa seseorang datang menghampiri. A GORGEOUS TAE DO berhasil menemukan Jung Yi.
Gadis kecil, teman bermainnya yang masih menyimpan banyak tempat di hati dan pikiran Tae Do. Jung Yi. Ada di hadapannya saat ini.
0 komentar:
Post a Comment
Tolong berkomentar sesuai topik pembicaraan, dilarang spam dan jangan menaruh link aktif. Terima kasih :)